tanggal 31 Juni 2011 adalah malam peringatan hari Lahirnya Pancasila, Kota Blitar membuat acara rutin tiap tahunnya. Banyak yang sudah tahu bahwa bulan Juni adalah Bulan Bung Karno, jadwal tiap tahunnya slalu di agendakan oleh pemerintah kota blitar mulai dari baksos, Parade Lampion, Grebek Pancasila sampai dengan puncak acaranya yaitu HAUL BUNG KARNO pada tanggal 21 Juni. ini adalah acara pembuka di Bulan Bung Karno yaitu PARADE LAMPION yang di ikuti oleh sekolah, dinas pemerintaan dan ormas di wilayah Blitar Raya. Parade Lampion di selenggarakan pada malam hari dimulai pukul 19.00 WIB dengan ritual upacara di rumah Bungkarno (Istana Gebang) dilanjutkan pawai lampion menuju ke pelataran Kantor Kota Blitar. semoga tulisan ini bisa jadi referensi bagi pelancong yang mau berkunjung ke Blitar
Dheeva Wisata
Your holliday partner
Amazing Blitar
Spirit Histori of Java
Spirit Histori of Java
Blitar
Dheeva Wisata
Tour Organizer
Reservasi Armada
Sewa Bus Pariwisata Blitar
Parade Lampion 31 Juni 2011
tanggal 31 Juni 2011 adalah malam peringatan hari Lahirnya Pancasila, Kota Blitar membuat acara rutin tiap tahunnya. Banyak yang sudah tahu bahwa bulan Juni adalah Bulan Bung Karno, jadwal tiap tahunnya slalu di agendakan oleh pemerintah kota blitar mulai dari baksos, Parade Lampion, Grebek Pancasila sampai dengan puncak acaranya yaitu HAUL BUNG KARNO pada tanggal 21 Juni. ini adalah acara pembuka di Bulan Bung Karno yaitu PARADE LAMPION yang di ikuti oleh sekolah, dinas pemerintaan dan ormas di wilayah Blitar Raya. Parade Lampion di selenggarakan pada malam hari dimulai pukul 19.00 WIB dengan ritual upacara di rumah Bungkarno (Istana Gebang) dilanjutkan pawai lampion menuju ke pelataran Kantor Kota Blitar. semoga tulisan ini bisa jadi referensi bagi pelancong yang mau berkunjung ke Blitar
Sambut Lahirnya Pancasila 2011
Dengan misi menanamkan kembali rasa nasionalisme dan kepedulian terhadap sesama pada generasi muda, serta dalam rangka menyambut Hari lahirnya Pancasila 1 Juni, pemuda Lingkungan Sembot Tegal Kelurahan Sentul Kecamatan Kepanjenkidul sukses mengadakan kegiatan bhakti sosial dilingkungan ini, pada hari Sabtu, 29 Mei 2011, dengan melibatkan sekitar 300 warga sekitar yang dimulai dari jam 7 malam hingga pukul 22.00 WIB. Dihadiri oleh Camat Kepanjenkidul, Lurah Sentul dan Kapolsek Kepanjenkidul Kota Blitar.
Muhammad Erwan, sekretaris panitia kegiatan bhakti sosial wilayah lingkungan Sembot Tegal, Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar saat dikonfirmasi di rumahnya Senin (30/5) mengatakan, bentuk kegiatan bhakti sosial ini diantaranya, pengobatan gratis bagi lansia, sekitar 50 peserta. Dalam pengobatan gratis ini panitia merangkul tenaga medis dari pustu di Kelurahan Sentul. Dengan pertimbangan hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan mengoptimalkan terhadap lini pengobatan terdepan bidang kesehatan ini. Diketahui hasil pemeriksaan dari pengobatan gratis ini mayoritas kelurahan dari masyarakat karena keju linu dan ISPA.
Erwan menambahkan, sedangkan kegiatan lainnya berbasis masyarakat, yakni pemutaran film dengan judul Darah Garuda, pemberian dana santunan berupa uang tunai kepada janda, duda yang tidak mampu sekitar 40 orang. Untuk lansia dan anak yatim sekitar 15 orang, dengan sumber dana kompensasi dari perangkat RT dikelurahan ini. Selain itu pemberian asupan gizi bagi lansia meliputi susu, gula dan telur.
“Event ini sukses terlaksana karena dukungan dari semua pihak. Serta kegiatan ini akan diagendakan rutin dihari-hari besar nasional lainnya,’’ imbuh Erwan.(ning)
sumber
30 Juni 2011
CANDI SAWENTAR
Candi Sawentar adalah salah satu candi peninggalan abad 13. Candi Sawentar terletak di Dukuh Kanigoro, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, tepatnya di sebelah timur Kota Blitar. Letak candi lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya.
Candi Sawentar ini tertimbun dalam tanah dan baru digali kembali pada tahun 1915 sampai 1920. Luas Candi Sawentar 9,53 X 6,86 m, dan bentuknya mirip dengan Candi Kidal.
Tubuh Candi Sawentar berdiri di atas batur seluas 7 X 7 m2, dengan tinggi sekitar 1,5 m. Tinggi candi sampai ke puncaknya mencapai 10,65 m.
Tubuh candi lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan kakinya, sehingga terbentuk selasar sempit di sekelilingnya. Pintu candi terletak di sisi barat, diapit oleh relung kecil di kiri dan kanannya.
Dia atas ambang pintu maupun relung tidak terdapat hiasan kepala Kala. Kedua relung dalam keadaan kosong tanpa arca.
Pada dinding luar tubuh Candi Sawentar di sisi utara dan selatan juga terdapat relung tempat meletakkan arca yang saat ini dalam keadaan kosong. Berbeda dengan pintunya, justru di atas ambang masing-masing relung ini terdapat pahatan kepala Kala lengkap dengan rahang bawah.
Untuk naik ke atas batur, di depan pintu candi terdapat tangga selebar sekitar 0,5 m. Tangga yang menjorok keluar batur ini dilengkapi dengan pipi tangga yang agak tebal, polos tanpa pahatan, kecuali sepasang kepala naga di kakinya.
Dinding luar pipi tangga dihiasi pahatan sayap burung dalam bentuk pola geometris yang khas. Lantai ruang dalam dan relung di ketiga sisi tubuh candi letaknya sedikit lebih tinggi dari lantai selasar, oleh karenanya di depan pintu dan masing-masing relung terdapat tangga kecil yang juga dilengkapi dengan pipi tangga.
Dalam garba grha, ruangan dalam tubuh Candi Sawentar, terdapat sebuah yoni dengan pahatan garuda pada alasnya. Diduga candi ini digunakan untuk memuja Wishnu, karena garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu. Pada dinding terdapat pahatan bermotif salib Portugis.
Atap candi berbentuk susunan tiga buah kotak persegi empat yang makin ke atas makin mengecil. Pada tepian kotak terdapat pahatan yang tampak seperti tulisan. Di tengah dan sudut masing-masing kotak terdapat hiasan dengan pahatan yang halus.
Perbedaan tingkat kerumitan pahatan di bagian atap dan tubuh bagian atas dibandingkan dengan pahatan di kaki dan tubuh bagian bawah menimbulkan bahwa pembuatan Candi Sawentar belum sepenuhnya selesai.
Belum diketahui kapan pembuatan Candi Sawentar. Candi ini dianggap sebagai wujud peralihan tipe candi Jawa Timur lama ke tipe yang lebih akhir. Menurut perkiraaan, pembangunannya dilakukan pada awal sampai pertengahan abad 13 M.
Candi simping
( PEDHARMAAN RADEN WIJAYA )
Candi simping adalah Pedharman Raden Wijaya (raja pertama dari dinasti Majapahit) yang bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Keterangan ini terdapat pada kitab Negara Kertagama yang ditulis Empu Praspanca.
Oleh karena itu bisa dipahami raja Hayam Wuruk dalam kunjungannya ke daerah Blitar beberapa kali mampir di candi ini. Bahkan Hayam Wuruk dan Mahapatihnya, Gajahmada pernah menginap di candi ini.
Disebut juga candi Sumberjati, terletak didesa Sumberjati, Kecamatan Surah Wadang, Daerah Kademangan, Blitar Selatan. Dari arah Blitar kita ke jalan raya ke Tulung Agung, setelah melewati jembatan sungai Brantas, melintas ke kiri melalui jalan desa, penduduk setempat cukup faham lokasinya.
Saat ini candi Simping masih dalam keadaan berupa reruntuhan, namun pada saatnya, merupakan persemayaman abu jenazah Raden Wijaya (1293 – 1309 M), negeri kerajaan Majapahit dalam perwujudannya sebagai Hari-Hara (gabungan Wishnu dan Shiwa). Candi ini disebut-sebut di naskah Negarakertagama, dan direnovasi oleh Raja Hayamwuruk pada tahun 1285 Syaka (1363 M), kontruksi gambar yang dibuat oleh Dinas Kepurbakalaan menggambarkan candi ini indah dan ramping meninggi.
Pada batur candi setinggi 75 cm, panjang 600 cm dan lebar 750 cm ini terpahat relief berbagai macam binatang. Di antaranya Singa, angsa, merak , burung garuda, babi hutan dan kera. Di sisi barat ada tangga (flight step) yang dulu digunakan sebagai jalan masuk ke ruang candi. Di tengah-tengah batur candi ini terdapat batu berbentuk kubus dengan ukuran 75 cmx 75 cm x 75 cm. Pada bagian atas batu ini dipahat relief kura-kura dan naga yang saling mengkait mengitari batu tersebut. Tak jelas apa guna atau fungsi batu berbentuk kubus ini.
Para sejarawan memperkirakan batu ini berfungsi sebagai tempat sesajian untuk para desa. Pada badan candi yang direkontruksi di halaman candi terdapat hiasan-hiasan bermotif sulur-suluran dan bunga. Sementara pada mustaka candi terdapat pelipit-pelipit garis dan bingkai padma (bunga teratai).
Dari rentuhan yang ada diperkirakan bentuk candi Simping ini ramping (slime) sebagaimana bentuk jandi-candi Jawa Timuran. Di atas pintu utama dipahat kepala Kala yang kelihatan menyeramkan sebagai penjaga pintu Pahatan kepala kara ini, seperti umumnya kepala Kara model Jawa Timuran, tidak dilengkapi dengan Makara. Pada sisi utara, timur dan selatan terdapat cerukan yang masing-masing di atasnya juga terpahat patung Kala. Pahatan (patung) kepala Kala ini sekarang nampak berserakan di halaman candi.
Di halaman candi sebelah timur laut terdapat tiga buah Lingga-Yoni kecil. Tak jelas Lingga-Yoni ini dulu ditempatkan dimana. Hanya saja anehnya, pada bagian bawah Lingga untuk menancapkan ke Yoni ini tidak berbentuk silinder, tetapi segi empat. Sedangkan dibagian atas bersegi delapan.
Di dekat Lingga-Toni ini ada beberapa patung yang tak jelas patung siapa karena kepalanya sudah tidak ada sehingga tidak bisa dikenali. Di sudut tenggara halaman candi terdapat patung singa yang duduk di atas padmasana. Sayang patung singa ini kepalanya sudah tidak ada, tinggalm badanya saja. Sedangkan di sebelah selatan batur candi terdapat sebuah lingga miniatur candi. Diduga kuat di sini ada patung Hari Hara yang kini tersimpan di musium Jakarta.
Candi simping adalah Pedharman Raden Wijaya (raja pertama dari dinasti Majapahit) yang bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Keterangan ini terdapat pada kitab Negara Kertagama yang ditulis Empu Praspanca.
Oleh karena itu bisa dipahami raja Hayam Wuruk dalam kunjungannya ke daerah Blitar beberapa kali mampir di candi ini. Bahkan Hayam Wuruk dan Mahapatihnya, Gajahmada pernah menginap di candi ini.
Disebut juga candi Sumberjati, terletak didesa Sumberjati, Kecamatan Surah Wadang, Daerah Kademangan, Blitar Selatan. Dari arah Blitar kita ke jalan raya ke Tulung Agung, setelah melewati jembatan sungai Brantas, melintas ke kiri melalui jalan desa, penduduk setempat cukup faham lokasinya.
Saat ini candi Simping masih dalam keadaan berupa reruntuhan, namun pada saatnya, merupakan persemayaman abu jenazah Raden Wijaya (1293 – 1309 M), negeri kerajaan Majapahit dalam perwujudannya sebagai Hari-Hara (gabungan Wishnu dan Shiwa). Candi ini disebut-sebut di naskah Negarakertagama, dan direnovasi oleh Raja Hayamwuruk pada tahun 1285 Syaka (1363 M), kontruksi gambar yang dibuat oleh Dinas Kepurbakalaan menggambarkan candi ini indah dan ramping meninggi.
Pada batur candi setinggi 75 cm, panjang 600 cm dan lebar 750 cm ini terpahat relief berbagai macam binatang. Di antaranya Singa, angsa, merak , burung garuda, babi hutan dan kera. Di sisi barat ada tangga (flight step) yang dulu digunakan sebagai jalan masuk ke ruang candi. Di tengah-tengah batur candi ini terdapat batu berbentuk kubus dengan ukuran 75 cmx 75 cm x 75 cm. Pada bagian atas batu ini dipahat relief kura-kura dan naga yang saling mengkait mengitari batu tersebut. Tak jelas apa guna atau fungsi batu berbentuk kubus ini.
Para sejarawan memperkirakan batu ini berfungsi sebagai tempat sesajian untuk para desa. Pada badan candi yang direkontruksi di halaman candi terdapat hiasan-hiasan bermotif sulur-suluran dan bunga. Sementara pada mustaka candi terdapat pelipit-pelipit garis dan bingkai padma (bunga teratai).
Dari rentuhan yang ada diperkirakan bentuk candi Simping ini ramping (slime) sebagaimana bentuk jandi-candi Jawa Timuran. Di atas pintu utama dipahat kepala Kala yang kelihatan menyeramkan sebagai penjaga pintu Pahatan kepala kara ini, seperti umumnya kepala Kara model Jawa Timuran, tidak dilengkapi dengan Makara. Pada sisi utara, timur dan selatan terdapat cerukan yang masing-masing di atasnya juga terpahat patung Kala. Pahatan (patung) kepala Kala ini sekarang nampak berserakan di halaman candi.
Di halaman candi sebelah timur laut terdapat tiga buah Lingga-Yoni kecil. Tak jelas Lingga-Yoni ini dulu ditempatkan dimana. Hanya saja anehnya, pada bagian bawah Lingga untuk menancapkan ke Yoni ini tidak berbentuk silinder, tetapi segi empat. Sedangkan dibagian atas bersegi delapan.
Di dekat Lingga-Toni ini ada beberapa patung yang tak jelas patung siapa karena kepalanya sudah tidak ada sehingga tidak bisa dikenali. Di sudut tenggara halaman candi terdapat patung singa yang duduk di atas padmasana. Sayang patung singa ini kepalanya sudah tidak ada, tinggalm badanya saja. Sedangkan di sebelah selatan batur candi terdapat sebuah lingga miniatur candi. Diduga kuat di sini ada patung Hari Hara yang kini tersimpan di musium Jakarta.
Kondisi Candi Simping tidak memungkinkan untuk dipugar. karena terlalu banyak bagian candi yang hilang Kitab Negarakretagama menyebutkan candi itu merupakan tempat Raden Wijaya diperabukan. ”Akan tetapi, kitab itu juga menyebutkan bahwa Raden Wijaya diperabukan di Candi Brau Trowulan. Candi itu juga memiliki relief jenis pradasina, relief yang dibaca searah jarum jam. Biasanya relief pradasina tidak digunakan pada candi yang berfungsi sebagai makam
Peneliti di Balai Arkeologi Yogyakarta menulis bahwa kakawin Nagarakretagama mencatat Krtarajasa meninggal pada tahun Saka 1231 (1309 M) dan di-dharma-kan di Simping dengan sifat Siwaitis dan di Antapura dengan sifat Budhistis
Di Candi Simping itu sebenarnya ada arca setinggi 2 meter yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Dalam Negarakretagama disebutkan Hayam Wuruk berkunjung beberapa kali, hingga pada tahun Saka 1285 (1363 M) memindahkan candi makam Krtarajasa.
sumber
pantai Pangi
Inilah keindahan pantai Pangi di sore hari, pantai yang berada di selatan atau termasuk kedalam laut selatan ini berada di Kabupaten Blitar. Ini salah satu dari obyek wisat pantai yang ada di kabupaten Blitar, karena masih ada pantai Tambak Rejo, pantai Jolo Sutro. Dengan wilayahnya yang berbatasan dengan laut kabupaten blitar memiliki pantai yang memang harus dikembangkan.
Hari itu adalah hari Lebaran ke sekian, kita bersama-sama teman melakukan perjalanan ke rumah teman-teman yang lain, karena Lebaran itulah kesempatan untuk bisa berkumpul dan beramin ke rumah teman. Teman satu kelas dulu waktu masih menempuh pendidikan MTsN di kota Blitar. Kurang lebih tahun tidak bertemu, ada ide untuk dolan ke pantai Pangi.
Siang itu juga kita berangkat untuk ke sana bersama 5 teman. Untuk menempuh pantai Pangi di selatan Kabupaten Blitar ini memang lumayan jauh dari pusat kota, namun demikian kondisi jalan menuju pantai Pangi lumayan baik. memang pantai ini belum begitu terjamah wisatawan, karena memang cukup jauh dan unutk sampai ke lokasi pantai tidak bisa langsung. motor yang di bawa harus dititipkan dulu selanjutnya jalan kaki sekitar 200 meter dengan naik turun untuk sampai pada bibir pantai.
Waktu itu memang lumayan ramai dengan pengunjung yang ingin menikmati keindahan pantai pangi, biasa kebanyak muda-mudi. Dan kita sempat mengabadikan beberapa sudut dan keindakhan pantai Pangi bersama teman-teman. Untuk lebih banyak Foto waktu berwiasata ria bersama teman MTsN bisa di lihat di sini atau yang belum tahu dimanakah itu lokasi pantai Pangi di Kabupaten Blitar bisa dilihat di sini. Selamat menjelajahi wisata indonesia.